Selang satu bulan sebelum berangkat ke Gorontalo yang dikenal sebagai Serambi Madinah, Alhamdulillah kaki ini telah menginjak dan menjelajah ke bagian Serambi Arab Indonesia lainnya, Aceh yang dikenal dengan Serambi Mekkah. Sebenarnya, ada hubungan apa dengan kedua provinsi dan kota/kabupaten ini dengan kedua kota di timur tengah sana? Mari kita cari tahu!

Ketika Aceh disebut sebagai Serambi Mekkah, itu karena menurut cerita dahulu masyarakat Indonesia yang akan menunaikan ibadah haji ke Mekkah, mereka akan singgah terlebih dahulu di Pulau Rubiah Aceh sebelum berlayar menuju tanah Arab. Mungkin di zaman sekarang perumpamaannya seperti titik kumpul yang biasanya dilakukan di Asrama Haji. Lantas mengapa Serambi Madinahnya berjarak cukup jauh hampir di bagian Indonesia timur, tidak seperti di Arab di mana kota Mekkah dan Madinah hampir terletak berdampingan. Ini merupakan salah satu tanda tanya saya ketika pertama kali menginjakan kaki di Gorontalo.

Sontak setelah mengurus bagasi dan persiapan lain di Bandara Djalaluddin, saya langsung menuju tempat parkir mendatangi mobil jemputan. Masuk dalam mobil, saya langsung menanyakan alasan kenapa Gorontalo disebut sebagai Serambi Madinah, jawab si bapak hanya bilang tidak tahu. Usut punya usut, ternyata salah satu alasannya adalah karena adat istiadat dan budaya masyarakatnya yang kental dengan agama Islam, sama halnya dengan yang dilakukan di aceh, hanya saja di sini tidak menjadi peraturan formal seperti yang di terapkan Aceh. Alasan lainnya adalah berkaitan dengan semboyan Masyarakat Gorontalo yang terkenal dengan filosofi adatnya yakni ‘Adati Hula-hula’a to Sara’a Hula-hula’a to Qur’an (ASQ) atau ‘Adat bersendikan Syara, Syara bersendikan Kitabullah’. Pantas saja suasana di sini hampir mirip dengan cerita yang digambarkan sejarah ketika menerangkan suasana Madinah di zaman Nabi Muhammad Saw. Subhanallah, takjub saya dibuatnya.

Tujuan pertama saya di Gorontalo adalah Limboto, salah satu kecamatan di Kabupaten Gorontalo. Lomboto bagi saya merupakan kawasan yang menarik dengan berbagai monumen, tempat, makanan, transportasi dan suasana yang ikonik. Selain terkenal dengan Danau Limboto sebagai salah satu danau terbesar di Sulawesi bagian utara, Limboto punya ikon kota yang jarang ditemukan di wilayah lainnya di Indonesia. Menara Limboto namanya. Sekilas menara ini sama dengan salah satu menara terkenal dunia yang ada di Paris, yaitu Menara Eifel. Menara Limboto menjadi daya tarik wisatawan yang berkunjung ke Gorontalo untuk dapat merasakan bagaimana melihat kawasan Limboto dan bahkan hingga Gorontalo kota dari atas menara. Sayang, ketika saya berkunjung, kondisi menara sedang dalam renovasi sehingga ditutup sementara untuk pengunjung.

Tidak hanya danau dan menara, Limboto punya sarana transportasi unik berwujud becak motor yang disebut oleh warga sekitar dengan sebutan Bentor. Yang membuat menarik, bentor menjadi transportasi andalan dan utama warga Limboto untuk beraktifitas dibandingan dengan kota lain yang dipenuhi dengan mobil angkutan umum kota (angkot). Suasana perkampungan dengan sentuhan kota pun sangat terasa di sini. Kemudian terdapat pasar Limboto yang merupakan pasar tradisonal yang mempertahankan tradisi wilayahnya. Pasar ini bisa jadi alternative untuk destinasi wisata dan hunting foto, karena banyak angle menarik yang bisa ditangkap oleh kamera.

Puas menjelajah Limboto, jangan lupa untuk mencicipi kuliner khas Gorontalo yang didominasi oleh makanan hasil lautnya, mulai dari ikan tuna hingga ikan salmon. Menu makanan andalan yang bisa kamu coba ketika makan di Limboto, diantaranya ada sate tuna, tuna kuah kuning, Kuah asam, tuna bakar, hingga sashimi dengan salmon segarnya.
Leave a Reply