Aku bilang, tak berlebihan jika Ranu kumbolo di Gunung Semeru disebut-sebut sebagai surga yang jatuh. Karena memang, keindahannya bagai surga yang luar biasa, keindahannya membuat jatuh cinta.
Dinginnya udara yang menusuk tulang membuat kami memutuskan untuk mendirikan tenda dan membuat perapian di sekitar camping ground Ranu Kumbolo. Pemandangan malam di Ranu Kumbolo menemai waktu istirahat kami setelah melakukan perjalanan seharian. Malam yang semakin larut membuat udara di sekitar semakin menusuk. Pagi pun datang bagunkan mimpi-mimpi kami. Udara yang masih dingin membuat tetesan air embun di tenda berubah menjadi pecahan-pecahan es yang membuat badan enggan keluar dari sleeping bag. Menunggu matahari terbit, yang katanya sunsire di ranu kumbolo sagat indah.
Pagi itu kami bertemu dengan es-es serut di tepian danau ini, pertemuan dalam hidup dengan es langsung buatan alam. Kalimat kecil pun muncul dari benakku yang tengah kedinginan, aku cinta Ranu Kumbolo. Dalam dingin, kami hangatkan suasana dengan tertawa bersama, berbagi suka ria di sini di tepian danau terindah di Pulau Jawa ini kami bersama menyambut sebuah pagi. Pagi yang hangat, pagi yang sempurna, selamat datang Sang Mentari.
Tak pernah kehilangan pesonanya, tak pernah kehilangan keindahnya, ya itulah Ranu Kumbolo. Walaupun tempat ini semakin ramai dalam beberapa tahun belakangan dengan berbagai kontroversi, tempat campground yang sudah tak leluasa lagi, dan tampak sampah yang bertebaran di banyak sudut surga yang jatuh ini.
Mentari pagi itu semakin meninggi dan mulai menghilangkan kabut tipis dingin di sekitar kawasan Ranu Kumbolo. Lagi waktu memacunya dengan cepat, seperti siratkan pesan untuk para penikmat alam, pecinta alam ‘jagalah warisan alam ini seperti kalian menjaga kehormatan diri sendiri’. Pesan untuk semua penghuni semesta nan indah ini.
Di tepian danau ini kami saksikan sebuah lukisan alam maha indah, sebuah mahakarya Sang Pencipta. Bagai cermin, air danau yang jernih memantulkan kecantikan dari bukit, dan rerumputan hijau yang mengelilingi Ranu Kumbolo ini semakin menambah keelokan. Saya yakin Tuhan mencintai negeri ini, karena Tuhan telah menurunkan tempat seindah ini di Indonesia. Maka sudah sepantasnya kita pun harus mencintai dengan cara mencinta. (Ad/)
Leave a comment